Mampirlah Sebentar di Teras Negara

Teras pada umumnya berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu. Disisi lain, teras depan merupakan wajah dari rumah yang mempengaruhi impresi orang yang melihatnya. Bahkan boleh jadi teras depan mencerminkan karakter pemilik rumah. Oleh karena itu teras harus ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa kekaguman dan kenyamanan bagi para tamu maupun orang-orang disekitar yang kebetulan lewat di depan dan anggota keluarga didalamnya.

Daerah perbatasan merupakan daerah yang berbatasan langsung baik berbatasan darat maupun laut dengan negara tetangga. Daerah perbatasan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) meliputi kawasan perbatasan Kalimantan dengan Negara Malaysia, kawasan perbatasan Papua dengan Negara Papua Nugini, kawasan perbatasan NTT dengan Australia dan Timor Leste, kawasan perbatasan Sulawesi dengan Negara Filipina, dan kawasan perbatasan Sumatera dengan Negara Singapura dan Malaysia.
Kisah SM-3T Mampirlah Sebentar di Teras Negara


Berbicara dalam konteks sebuah negara maka, daerah perbatasan merupakan “teras” dari sebuah negara. Begitu juga halnya Indonesia, daerah perbatasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang perlu diperhatikan secara khusus karena daerah perbatasan memiliki peran strategis dalam memperkokoh ketahanan nasional, keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia tergambar dengan jelas pada beberapa wilayah. Salah satunya adalah Kec.Krayan, dimana wilayahnya bagian timur dan utara berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Negeri Bagian Sarawak) yaitu Sub Distrik Ba’kelalan. Jarak antara desa Long Midang yang berbatasan langsung dengan Sub Distrik Ba’kelalan ± 40 Km yang dapat ditempuh selama ± 2 jam perjalanan dengan menumpang mobil ataupun kendaraan bermotor roda dua. Singkatnya bahwa lebih mudah pergi ke negara jiran daripada pergi ke negara sendiri. Hal ini disebabkan karena kesulitan aksesbilitas melalui darat maupun sungai mengakibatkan Kec. Krayan hanya dapat dijangkau melalui pesawat perintis Sushi Air, Pesawat MAF (Mission Asian Fellowship) serta pesawat angkatan laut NOMAD. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan interaksi antara arus barang dan jasa dengan pusat kabupaten.


Selayaknya wilayah perbatasan lainnya, Kec. Krayan juga merupakan “teras” dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejauh mana perhatian pemerintah terhadap teras di wilayah Kalimantan Timur bagian Utara ini? Ironis, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan secara keseluruhan situasi dan kondisi “teras” negara di bagian Utara dari Kalimantan Timur saat ini.


Kondisi infrastruktur di sebagian besar wilayah Kec. Krayan masih jauh dari harapan. Keadaan jalanan yang berlubang dan berlumpur di musim hujan menjadi salah satu faktor yang menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Dampak negatif lainnya adalah pada musim hujan juga dapat mengakibatkan melonjaknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya hingga sepuluh kali lipat dari harga biasanya. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak tersedianya angkutan umum bagi masyarakat.


Mampirlah sebentar di “teras” negara, ceritakan kepada kami tentang slogan “cintailah produk dalam negeri” itu ...


Sebagian besar mata pencaharian penduduk Krayan adalah bertani. Mereka menggarap sawah dengan produk pertanian yang terkenal yaitu Padi Adan (Adan Rice), sehingga Krayan menjadi salah salah satu kecamatan penghasil beras terbesar di Kabupaten Nunukan. Padi ini merupakan padi organik yang belum tercemar oleh pupuk kimia. Kesulitan akses transportasi dari Kec. Krayan untuk menjangkau ibukota kabupaten (Nunukan) sangatlah tidak memungkinkan produksi padi dari daerah ini terdistribusi untuk pemenuhan kebutuhan luar daerah. Padahal, selain padi yang memiliki kualitas unggul juga kuantitas panen yang memadai, namun karena keterbatasan transportasi, produksi pertanian ini justru dimanfaatkan oleh masyarakat dari Ba’Kelalan, Negeri bagian Sarawak, Malaysia dan bahkan ke Brunei Darusalam.


Mampirlah sebentar di “teras” negara, untuk merasakan Adan Rice, mari kita diskusikan langkah-langkah strategis kiranya Adan Rice yang bergizi ini juga bisa dikecap oleh seluruh masyarakat Indonesia.


Adanya keterbatasan akses transportasi juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Krayan, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa orang Indonesia (Masyarakat Krayan) menyebrang perbatasan Ba’Kelalan dengan membawa beras untuk dijual, dan kemudian pulang dengan membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari yang sudah dibelanjakan dari Malaysia. Sebagian besar pengusaha juga yang bergerak di bidang perdagangan (Toko/Kios) membeli BBM (Bahan Bakar Minyak), gula, makanan pabrik seperti biskuit, minuman kaleng dan mie dan sampai pada bahan-bahan untuk kebutuhan pembangunan seperti semen, besi beton, pipa,dll dibeli dari Malaysia dan kemudian dijual di Indonesia. Selain itu juga pada musim tanam dan musim panen ada masyarakat Krayan yang bekerja sebagai petani bayaran di daerah Ba’Kelalan (negeri bagian Sarawak, Malaysia). Oleh karena itu tidak heran jika masyarakat di Kec. Krayan sangat tidak terpengaruh dengan kenaikan harga BBM, karena harga bensin per liter di Krayan pada musim hujan bisa mencapai Rp. 30.000 s/d Rp. 50.000.


Mampirlah sebentar di “teras’’ negara, ceritakan pada kami tentang subsidi BBM...


Terlepas dari masalah-masalah yang disebutkan di atas suasana “teras” negara semakin diperkeruh lagi dengan terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung proses belajar mengajar di kelas. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah. Sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Di beberapa perkampungan atau dusun, misalnya, anak-anak harus berjalan kaki 1-2 jam sejauh hingga 6 Km melintasi hutan dan menuruni bukit, melewati jalanan yang berbatu dan berlumpur untuk mendapatkan pendidikan di sekolah setiap hari.


Mampirlah sebentar di “teras” negara, saksikanlah bagaimana kami belajar disini...


Daerah-daerah perbatasan yang pada hakikatnya merupakan daerah terdepan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Indonesia justru menjadi daerah yang paling terbelakang dalam hal pendidikan dan kesejahteraan guru. Kenyataan tersebut tentu saja sangat bertentangan dengan konstitusi karena sesuai dengan pasal 34 UUD 1945, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Artinya, baik anak-anak di daerah perkotaan maupun anak-anak di daerah perbatasan mempunyai hak yang sama, yaitu sama-sama mendapatkan pendidikan yang berkualitas.


Tidak dapat dipungkiri bahwa selain memiliki hak, warga negara juga mempunyai kewajiban, salah satu diantaranya adalah kewajiban untuk membela kedaulatan negara. Namun, ketika pemerintah tidak dapat memenuhi hak-hak warga negara, warga negara tersebut juga cenderung untuk mengabaikan kewajibannya. Contohnya adalah yang terjadi masyarakat yang berdomisili di sepanjang perbatasan. Mereka lebih berinteraksi dan berorientasi kepada desa terdekat negara tetangga. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan masyarakat negara tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme. Inilah dampak buruk yang terjadi apabila pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan diabaikan, karena akan mengikis rasa nasionalisme yang bukan tidak mungkin akan mengancam kedaulatan bangsa.


Kenyataan-kenyataan yang telah dikemukakan di atas, membawa kita pada satu konsekuensi logis bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi pendidikan dan infrastruktur di daerah perbatasan.


Dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 – 2004 dinyatakan “program pengembangan daerah perbatasan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kapasitas pengelolaan potensi wilayah perbatasan, dan memantapkan ketertiban dan keamanan daerah yang berbatasan dengan negara lain”. Sasarannya adalah terwujudnya peningkatan kehidupan sosial-ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat, terkelolanya potensi wilayah, dan ketertiban serta keamanan kawasan perbatasan. Kiranya apa yang menjadi Program Pembangunan Nasional ini dapat diwujudkan sehingga “teras” negara menjadi sanjungan bagi negara tetangga.


Masih banyak lagi cerita yang perlu diceritakan, tetapi alangkah lebih tepat, jika anda meluangkan waktu sejenak, mampirlah sebentar kira-kira 10 menit di “teras” negara, untuk melihat kondisi saudara-saudari kita di perbatasan, mungkin saja ada usul atau saran agar “teras” negara kita bisa lebih maju dan lebih indah. Tunjukan kepada negara jiran, bahwa kita selalu “maju bersama untuk mencerdaskan Indonesia”

(Penulis merupakan Guru SM3T Universitas Nusa Cendana Angkatan 2012 yang bertugas di Kec. Krayan)

Mampirlah Sebentar di Teras Negara

Comments